Rabu, 05 Februari 2014

Ke Malang yuk.. :)


Pantai Balekambang


Pantai Balekambang
Salah satu pantai tersohor di Malang yang pastinya juga sudah sangat familiar di telinga Ngalamers adalah Pantai Balekambang. Pantai yang yang terletak di Desa Srigonco, Kecamatan Bantur, sekitar 65 km di selatan kota Malang ini merupakan objek wisata favorit warga Malang. Serunya, pantai ini tidak memiliki batu karang, jadi ombak yang datang akan langsung menuju ke pantai dan menerpa kaki-kaki Ngalamers. Pantai Balekambang akan menjadi sangat ramai khususnya pada bulan Suro, dimana terjadi upacara Suroan dan Jalanidhi Puja yang merupakan upacara adat yang selalu diadakan di pantai ini.

Daya tarik Pantai Balekambang selain pantainya yang membentang 2 km adalah sebuah pura yang megah yang terletak di Pulau Ismoyo. Ngalamers dapat menuju ke pura ini dengan mudah karena adanya sebuah jembatan panjang yang menghubungkan bibir pantai dengan pura. Tapi perlu diingat bahwa wanita yang sedang datang bulan dilarang memasuki kawasan pura, karena pura ini dianggap sebagai tempat suci yang digunakan ibadah umat Hindu. Ada sebuah kepercayaan yang beredar, jika Ngalamers melanggar aturan ini maka Ngalamers akan dirasuki oleh roh penunggu pura. Selain Pulau Ismoyo dengan pura-nya, Pantai Balekambang juga memiliki 2 pulau lainnya, yaitu Pulau Anoman dan Pulau Wisanggeni.

Duduk-duduk di bawah pohon rindang atau bermain pasir dan air laut adalah kegiatan yang umum dilakukan para wisatawan yang mengunjungi pantai ini. Selain itu, Ngalamers juga bisa beristirahat di bungalow sederhana yang ada di sekitar pantai. Bagi Ngalamers yang suka camping, Balekambang juga menyediakan bumi perkemahan. Fasilitas pendukung lainnya antara lain kolam renang, rumah makan, kios cinderamata, tempat informasi, mushola, pendopo, serta tempat parkir yang luas.

Untuk menuju ke Pantai Balekambang, Ngalamers bisa menempuh dua rute yang berbeda. Satu yaitu lewat Kecamatan Gondanglegi dan Kecamatan Bantur baru ke Desa Srigonco. Rute lainnya yaitu dengan melewati Kecamatan Kepanjen, kemudian ke arah Pagak. Dari Pagak, Ngalamers bisa mengambil jalan yang mengarah ke Kecamatan Bantur.

Namun sayangnya jalan menuju Pantai Balekambang ini tergolong buruk sehingga Ngalamers perlu berhati-hati jika berkendara. Hal ini karena di beberapa bagian jalan sudah rusak parah dan penuh lubang yang tentunya akan sangat berbahaya jika Ngalamers tidak berkonsentrasi. 

Jika Ngalamers sudah merasa jenuh dengan keramaian Pantai Balekambang. Ngalamers bisa berjalan kaki sedikit menuju Pantai Kondang Merak karena keindahannya dan suasananya yang tenang sungguh sayang untuk Ngalamers lewatkan.
Pantai Balekambang

Strategi nasional Indonesia.


Pemberontakan di Indonesia dari PKI Madiun 1948 G 20 SPKI 1965

STRATEGI NASIONAL DALAM MENGHADAPI PERISTIWA MADIUN/PKI, DI/TII, G 30 S/PKI, DAN KONFLIK-KONFLIK INTERNAL LAINNYA

Setelah Indonesia mencapai kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, berarti Indonesia mempunyai sistem pemerintahan sendiri. Akan tetapi, ada beberapa golongan yang tidak setuju dengan sistem pemerintahan tersebut. Sehingga mereka melakukan pemberontakan. Tahukah kamu pemberontakan apa saja yang terjadi di Indonesia? Anak-anak, tentunya di dalam keluargamu terdapat aturan-aturan yang telah disepakati oleh seluruh anggota keluarga. Apabila aturan-aturan itu ditaati maka tujuan keluarga akan dapat tercapai. Namun apabila ada anggota keluarga yang tidak menaati bahkan menentang maka tujuan yang diinginkan keluargamu sulit terwujud. Oleh karena itu orang tua sebagai penanggung jawab terwujudnya tujuan keluarga tentunya bersikap tegas dalam menghadapi anggota keluarga yang melanggar aturanaturan keluarga. Sikap tegas ini dapat berupa sanksi dari yang ringan sampai dalam bentuk hukuman. Begitu pula Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini pada waktu mendapat rongrongan dari dalam (bangsa Indonesia sendiri) seperti Peristiwa Madiun/PKI, DI /TII, G 30 S /PKI dan konflik-konflik internal lainnya maka pemerintah bersikap tegas untuk mengatasinya dengan berbagai strategi. Bagaimana strategi nasional dalam menghadapi peristiwa-peristiwa tersebut akan kita pelajari dalam bab ini.

A Peristiwa Madiun/PKI dan Cara yang Dilakukan Pemerintah dalam Penanggulangannya

Pada waktu bangsa Indonesia sedang berjuang melawan Belanda dengan perjuangan bersenjata maupun diplomasi setelah kemerdekaan, bangsa kita harus menghadapi pemberontakan PKI Madiun. Pemberontakan yang terjadi pada tahun 1948 ini merupakan pengkhianatan terhadap bangsa Indonesia ketika sedang berjuang melawan Belanda yang berupaya menanamkan kembali kekuasaannya di Indonesia. Para pemimpin pemberontakan ini di antaranya adalah Amir Syarifuddin dan Musso. Amir Syarifudin adalah mantan Perdana Menteri dan menandatangani Perjanjian Renville. Ia merasa kecewa karena kabinetnya jatuh kemudian membentuk Front Demokrasi Rakyat (FDR) pada tanggal 28 Juni 1948 dan melakukan pemberontakan di Madiun. Sedangkan Musso adalah Tokoh PKI yang pernah gagal melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1926. Setelah gagal ia melarikan diri ke luar negeri. Selanjutnya ia pulang ke Indonesia bergabung dengan Amir Syarifuddin untuk mengadakan propaganda-propaganda anti pemerintah di bawah pimpinan Sukarno-Hatta. Front Demokrasi Rakyat (FDR) ini didukung oleh Partai Sosialis Indonesia, Pemuda Sosialis Indonesia, PKI, dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (SOBSI). Kelompok ini seringkali melakukan aksi-aksinya antara lain:
(1) melancarkan propaganda anti pemerintah,
(2) mengadakan pemogokan-pemogokan kerja bagi para buruh di perusahaan misalnya di pabrik karung di Delanggu Klaten.
(3) melakukan pembunuhan-pembunuhan misalnya dalam bentrokan senjata di Solo tanggal 2 Juli 1948, Komandan Divisi LIV yakni Kolonel Sutarto secara tiba-tiba terbunuh. Pada tanggal 13 September 1948 tokoh pejuang 1945, Dr. Moewardi diculik dan dibunuh.
Aksi pengacauan di Solo yang dilakukan PKI ini selanjutnya meluas dan mencapai puncaknya pada tanggal 18 September 1948. PKI berhasil menguasai Madiun dan sekitarnya seperti Blora, Rembang, Pati, Kudus, Purwadadi, Ponorogo, dan Trenggalek. PKI mengumumkan berdirinya “Soviet Republik Indonesia.” Setelah menguasai Madiun para pemberontak melakukan penyiksaan dan pembunuhan besar-besaran. Pejabat-pejabat pemerintah, para perwira TNI dan polisi, pemimpin-pemimpin partai, para ulama, dan tokoh-tokoh masyarakat banyak yang menjadi korban keganasan PKI. Pemberontakan PKI di Madiun ini bertujuan meruntuhkan pemerintah RI yang berdasarkan Proklamasi 17 Agustus 1945 yang akan diganti dengan pemerintahan yang berdasar paham komunis. Kekejaman PKI ketika melakukan pemberontakan pada tanggal 18 September 1948 tersebut mengakibatkan kemarahan rakyat. Oleh
karena itu pemerintah bersama rakyat segera mengambil tindakan tegas terhadap kaum pemberontak. Dalam usaha mengatasi keadaan, Pemerintah mengangkat Kolonel Gatot Subroto sebagai Gubernur Militer Daerah Istimewa Surakarta dan sekitarnya, yang meliputi Semarang, Pati, dan Madiun. Panglima Jenderal Sudirman segera memerintahkan kepada Kolonel Gatot Soebroto di Jawa Tengah dan Kolonel Soengkono di Jawa Timur agar mengerahkan kekuatan kekuatan TNI dan polisi untuk menumpas kaum pemberontak. Karena Panglima Besar Jenderal Sudirman sedang sakit maka pimpinan operasi penumpasan diserahkan kepada Kolonel A. H. Nasution, Panglima Markas Besar Komando Jawa (MBKD). Walaupun dalam operasi penumpasan PKI Madiun ini menghadapi kesulitan karena sebagian besar pasukan TNI menjaga garis demarkasi menghadapi Belanda, dengan menggunakan dua brigade kesatuan cadangan umum Divisi III Siliwangi dan brigade Surachmad dari Jawa Timur serta kesatuan-kesatuan lainnya yang setia kepada negara Indonesia maka pemberontak dapat ditumpas. Pada tanggal 30 September 1948 seluruh kota Madiun dapat direbut kembali oleh TNI. Musso yang melarikan diri ke luar kota dapat dikejar dan ditembak TNI. Sedangkan Amir Syarifuddin tertangkap di hutan Ngrambe, Grobogan, daerah Puwadadi dan dihukum mati. Akhirnya pemberontakan PKI di Madiun dapat dipadamkan meskipun banyak memakan korban dan melemahkan kekuatan pertahanan RI.

B Peristiwa DI/TII dan Cara yang Dilakukan Oleh Pemerintah dalam Penanggulangannya

1. Pemberontakan DI / TII di Jawa Barat

Pada tanggal 7 Agustus 1949 di suatu desa di Kabupaten Tasikmalaya (Jawa Barat), Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo memproklamirkan berdirinya Negara Islam Indonesia. Gerakannya dinamakan Darul Islam (DI) sedang tentaranya dinamakan Tentara Islam Indonesia (TII). Gerakan ini dibentuk pada saat Jawa Barat ditinggal oleh pasukan Siliwangi yang berhijrah ke Yogyakarta dan Jawa Tengah dalam rangka melaksanakan ketentuan dalam Perundingan Renville. Ketika pasukan Siliwangi berhijrah, gerombolan DI/TII ini dapat leluasa melakukan gerakannya dengan membakar rumah-rumah rakyat, membongkar rel kereta api, menyiksa dan merampok harta benda penduduk. Akan tetapi setelah pasukan Siliwangi mengadakan long march kembali ke Jawa Barat, gerombolan DI/TII ini harus berhadapan dengan pasukan Siliwangi. Usaha untuk menumpas pemberontakan DI/TII ini memerlukan waktu yang lama disebabkan oleh beberapa faktor, yakni :
(1) medannya berupa daerah pegunungan-pegunungan sehingga sangat mendukung pasukan DI/TII untuk bergerilya,
(2) pasukan Kartosuwiryo dapat bergerak dengan leluasa di kalangan rakyat,
(3) pasukan DI /TII mendapat bantuan dari beberapa orang Belanda, antara lain pemilik-pemilik perkebunan dan para pendukung negara Pasundan,
(4) suasana politik yang tidak stabil dan sikap beberapa kalangan partai politik telah mempersulit usaha-usaha pemulihan keamanan.
Selanjutnya dalam menghadapi aksi DI/TII pemerintah mengerahkan pasukan TNI untuk menumpas gerombolan ini. Pada tahun 1960 pasukan Siliwangi bersama rakyat melakukan operasi “Pagar Betis” dan operasi “Bratayudha.” Pada tanggal 4 Juni 1962 SM. Kartosuwiryo beserta para pengawalnya dapat ditangkap oleh pasukan Siliwangi dalam operasi “Bratayudha” di Gunung Geber, daerah Majalaya, Jawa Barat. Kemudian SM. Kartosuwiryo oleh Mahkamah Angkatan Darat dijatuhi hukuman mati sehingga pemberontakan DI/ TII di Jawa Barat dapat dipadamkan.

2. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah

Gerombolan DI/TII ini tidak hanya di Jawa Barat akan tetapi di Jawa Tengah juga muncul pemberontakan yang didalangi oleh DI/ TII. Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah di bawah pimpinan Amir Fatah yang bergerak di daerah Brebes, Tegal, dan Pekalongan. dan Moh. Mahfudh Abdul Rachman (Kiai Sumolangu). Untuk menumpas pemberontakan ini pada bulan Januari
1950 pemerintah melakukan operasi kilat yang disebut “Gerakan Banteng Negara” (GBN) di bawah Letnan Kolonel Sarbini (selanjut-nya diganti Letnan Kolonel M. Bachrun dan kemudian oleh Letnan Kolonel A. Yani). Gerakan operasi ini dengan pasukan “Banteng Raiders.” Sementara itu di daerah Kebumen muncul pemberontakan yang merupakan bagian dari DI/ TII, yakni dilakukan oleh “Angkatan Umat Islam (AUI)” yang dipimpin oleh Kyai Moh. Mahudz Abdurachman yang dikenal sebagai “Romo Pusat” atau Kyai Somalangu. Untuk menumpas pemberontakan ini memerlukan waktu kurang lebih tiga bulan.
Pemberontakan DI/TII juga terjadi di daerah Kudus dan Magelang yang dilakukan oleh Batalyon 426 yang bergabung dengan DI/TII pada bulan Desember 1951. Untuk menumpas pemberontakan ini pemerintah melakukan “Operasi Merdeka Timur” yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto, Komandan Brigade Pragolo. Pada awal tahun 1952 kekuatan Batalyon pemberontak terrsebut dapat dihancurkan dan sisa- sisanya melarikan diri ke Jawa Barat dan ke daerah GBN.

3. Pemberontakan DI/TII di Aceh

Gerombolan DI/ TII juga melakukan pemberontakan di Aceh yang dipimpin oleh Teuku Daud Beureuh. Adapun penyebab timbulnya pemberontakan DI/TII di Aceh adalah kekecewaan Daud Beureuh karena status Aceh pada tahun 1950 diturunkan dari daerah istimewa menjadi karesidenan di bawah Provinsi Sumatera Utara. Pada tanggal 21 September 1953 Daud Beureuh yang waktu itu menjabat sebagai gubernur militer menyatakan bahwa Aceh merupakan bagian dari Negara Islam Indonesia di bawah pimpinan SM. Kartosuwiryo. Dalam menghadapi pemberontakan DI/ TII di Aceh ini semula pemerintah menggunakan kekuatan senjata. Selanjutnya atas prakarsa Kolonel M. Yasin, Panglima Daerah Militer I/Iskandar Muda, pada tanggal 17-21 Desember 1962 diselenggarakan “Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh” yang mendapat dukungan tokohtokoh masyarakat Aceh sehingga pemberontakan DI/ TII di Aceh dapat dipadamkan.

4. Pemberontakan DI / TII di Sulawesi Selatan

Di Sulawesi Selatan juga timbul pemberontakan DI/TII yang dipimpin oleh Kahar Muzakar. Pada tanggal 30 April 1950 Kahar Muzakar menuntut kepada pemerintah agar pasukannya yang tergabung dalam Komando Gerilya Sulawesi Selatan dimasukkan ke dalam Angkatan Perang RIS (APRIS). Tuntutan ini ditolak karena harus melalui penyaringan.
Pemerintah melakukan pendekatan kepada Kahar Muzakar dengan memberi pangkat Letnan Kolonel. Akan tetapi pada tanggal 17 Agustus 1951 Kahar Muzakar beserta anak buahnya melarikan diri ke hutan dan melakukan aksi dengan melakukan teror terhadap rakyat. Untuk menghadapi pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan ini pemerintah melakukan operasi militer. Baru pada bulan Februari 1965 Kahar Muzakar berhasil ditangkap dan ditembak mati sehingga pemberontakan DI/TII di Sulawesi dapat dipadamkan.

5. Pemberontakan DI /TII di Kalimantan Selatan

Pada bulan Oktober 1950 DI/ TII juga melakukan pemberontakan di Kalimantan Selatan yang dipimpin oleh Ibnu Hajar. Para pemberontak melakukan pengacauan dengan menyerang pospos kesatuan TNI. Dalam menghadapi gerombolan DI/TII tersebut pemerintah pada mulanya melakukan pendekatan kepada Ibnu Hajar dengan diberi kesempatan untuk menyerah, dan akan diterima menjadi anggota TNI. Ibnu Hajar pun menyerah, akan tetapi setelah menyerah melarikan diri dan melakukan pemberontakan lagi. Selanjutnya pemerintah mengerahkan pasukan TNI sehingga pada akhir tahun 1959 Ibnu Hajar beserta seluruh anggota gerombolannya tertangkap dan dimusnahkan.

C Keadaan Politik, Ekonomi, Sosial, dan Budaya Sebelum Terjadinya Peristiwa G 30 S/PKI

Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan ideologi Pancasila menghadapi berbagai tantangan besar sejak tahun 1959, ketika Demokrasi Terpimpin dilaksanakan. Pada waktu itu terjadi ketegangan sosial politik yang menjadi-jadi. Kondisi politik menjadi panas karena antarpartai politik saling mencurigai, antara partai politik dengan ABRI serta antara keduanya dengan Presiden. Mereka saling bersaing untuk saling berebut pengaruh atau mendominasi. Begitu pula pada masa Demokrasi Terpimpin kondisi ekonomi sangat memprihatinkan hingga muncul krisis ekonomi nasional. Prinsip Nasakom yang diterapkan waktu itu memberi peluang kepada PKI dan organisasi pendukungnya untuk memperluas pengaruhnya. Dalam memanfaatkan peluang tersebut PKI menyatakan sebagai partai pejuang bagi perbaikan nasib rakyat dengan janji-janji seperti kenaikan gaji atau upah, pembagian tanah dan sebagainya. Oleh karena itu PKI banyak mendapatkan pengaruh dari para petani, buruh kecil atau pegawai rendah sipil maupun militer, seniman, wartawan, guru, mahasiswa, dosen, intelektual, dan para perwira ABRI. Kondisi politik dan ekonomi yang semakin tegang berdampak pada sosial budaya masyarakat. PKI dan para pendukungnya yang semakin mendapat pengaruh sering mengancam dan melakukan tindak kekerasan lainnya. Hal ini seperti yang dialami oleh para pemuda yang tergabung dalam organisasi Pelajar Islam Indonesia (PII). Ketika sedang melakukan pelatihan di Kanigoro Kediri Jawa Timur pada bulan Januari 1965, para pendukung PKI menyerbu peserta pelatihan. Tindakan serupa juga dilakukan terhadap umat Hindu di Bali yang sedang melakukan kegiatan keagamaan. Tindakan PKI ini akhirnya juga dibalas oleh para kelompok yang anti PKI sehingga masyarakat menjadi semakin resah karena seringkali terjadi pertikaian fisik. Pengaruh PKI yang sangat besar dalam bidang politik berdampak luas terhadap kebijakan pemerintah di semua bidang. Dalam bidang sosial budaya semua organisasi yang anti PKI dituduh sebagai anti pemerintah. Para seniman yang tergabung dalam kelompok Maniesto Kebudayaan (Manikebu) dibubarkan oleh pemerintah pada bulan Mei 1964. Badan Pendukung Sukarno (BPS) juga dibubarkan oleh pemerintah pada bulan Desember 1964 karena menentang PKI.

D Pemberontakan G 30 S/PKI dan Cara Penumpasannya

Tantangan yang dihadapi NKRI ketika Demokrasi Terpimpin dilaksanakan dan munculnya krisis ekonomi nasional merupakan peluang paham komunis untuk berkembang. Prinsip Nasakom yang dilaksanakan pada waktu itu memberi kesempatan kepada PKI dan organisasi pendukungnya untuk memperluas pengaruhnya. Melihat kondisi ekonomi yang memprihatinkan serta kondisi sosial politik yang penuh dengan gejolak pada awal tahun 1960-an maka PKI berusaha menyusun kekuatan dan melakukan pemberontakan. Sebelum melakukan pemberontakan, PKI melakukan berbagai cara agar mendapat dukungan yang luas di antaranya sebagai berikut.

(1) PKI menyatakan dirinya sebagai pejuang perbaikan nasib rakyat serta berjanji akan menaikkan gaji dan upah buruh, pembagian tanah dengan adil, dan sebagainya.
(2) Pada akhir tahun 1963 PKI melakukan “Aksi Sepihak” terutama di Jawa, Bali, dan Sumatera Utara.
(3) PKI juga mencari pendukung dari berbagai kalangan mulai dari para petani, buruh kecil, pegawai rendahan baik sipil maupun militer, seniman, wartawan, guru, mahasiswa, dosen, intelektual, dan para perwira ABRI.
(4) Pengaruh PKI yang besar dalam bidang politik sehingga memengaruhi terhadap kebijakan pemerintah. Misalnya, semua organisasi yang anti komunis dituduh sebagai anti pemerintah. Manifesto Kebudayaan (Manikebu), sebagai organisasi para seniman dibubarkan pemerintah pada bulan Mei 1964. Kebijakan politik luar negeri RI pada waktu itu lebih condong ke Blok Timur yakni dengan terbentuknya Poros Jakarta-Peking.
(5) Memasuki tahun 1965 PKI melempar desas-desus adanya “Dewan Jenderal” dari dalam tubuh Angkatan Darat. Menurut PKI bahwa Dewan Jenderal ini akan mengambil alih kekuasaan secara paksa dengan bantuan Amerika Serikat. Tuduhan ini dibantah oleh Angkatan Darat, sebaliknya PKI yang akan melakukan perebutan kekuasaan.

Puncak ketegangan politik terjadi secara nasional pada dini hari tanggal 30 September 1965 atau awal tanggal 1 Oktober 1965, yakni terjadinya penculikan dan pembunuhan terhadap para perwira Angkatan Darat. Penculikan ini dilakukan oleh sekelompok militer yang menamakan dirinya sebagai Gerakan 30 September. Aksi ini di bawah pimpinan Letnan Kolonel Untung, komandan Batalyon I Cakrabirawa. Para pimpinan TNI AD yang diculik dan dibunuh oleh kelompok G 30 S/ PKI tersebut adalah sebagai berikut.

a. Letnan Jenderal Ahmad Yani.
b. Mayor Jenderal R. Suprapto.
c. Mayor Jenderal Haryono MT.
d. Mayor Jenderal S. Parman.
e. Brigadir Jenderal DI. Panjaitan.
f. Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo.
g. Letnan Satu Pierre Andreas Tendean.

Dalam peristiwa tersebut Jenderal Abdul Haris Nasution yang menjabat sebagai Menteri Kompartemen Hankam/ Kepala Staf Angkatan Darat berhasil meloloskan diri dari pembunuhan akan tetapi putri beliau, Irma Suryani Nasution tewas akibat tembakan para penculik. Letnan Satu Pierre Andreas Tendean, ajudan Jenderal Nasution juga tewas dalam peristiwa tersebut. Selain itu Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun, pengawal rumah Wakil Perdana Menteri II Dr. J. Leimena juga menjadi korban keganasan PKI. Peristiwa pembunuhan oleh G 30 S/ PKI yang terjadi di Yogyakarta mengakibatkan gugurnya dua orang perwira TNI AD yakni Kolonel Katamso Dharmokusumo dan Letnan Kolonel Sugiyono. Pada hari Jum’at pagi tanggal 1 Oktober 1965 “Gerakan 30 September “ telah menguasai dua buah sarana komunikasi vital, yakni studio RRI Pusat di Jalan Merdeka Barat, Jakarta dan Kantor PN Telekomunikasi di Jalan Merdeka Selatan. Melalui RRI pagi itu pukul 07.20 dan diulang pada pukul 08.15 disiarkan pengumuman tentang Gerakan 30 September. Diumumkan antara lain bahwa gerakan ditujukan kepada jenderal- jenderal anggota Dewan Jenderal yang akan mengadakan kudeta terhadap pemerintah. Dengan pengumuman ini maka masyarakat menjadi bingung.

Menghadapi situasi politik yang panas tersebut Presiden Sukarno berangkat menuju Halim Perdanakusumah, dan segera mengeluarkan perintah agar seluruh rakyat Indonesia tetap tenang dan meningkatkan kewaspadaan serta memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Mayor Jenderal Suharto selaku Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD) mengambil alih komando Angkatan Darat, karena belum adanya kepastian mengenai Letnan Jenderal Ahmad Yani yang menjabat Menteri Panglima Angakatan Darat. Dengan menghimpun pasukan lain termasuk Divisi Siliwangi, dan Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edi Wibowo, panglima Kostrad mulai memimpin operasi penumpasan terhadap Gerakan 30 September. Tindakan-tindakan yang dilakukan dalam operasi ini sebagai berikut.
(1) Pada tanggal 1 Oktober 1965 operasi untuk merebut kembali RRI dan Kantor Telkomunikasi sekitar pukul 19.00. Dalam sekitar waktu 20 menit operasi ini berhasil tanpa hambatan. Selanjutnya Mayor Jenderal Soeharto selaku pimpinan sementara Angkatan Darat mengumumkan lewat RRI yang isinya sebagai berikut.
(a) Adanya usaha usaha perebutan kekuasaan oleh yang menamakan dirinya Gerakan 30 September.
(b) Telah diculiknya enam tinggi Angkatan Darat.
(c ) Presiden dan Menko Hankam/Kasab dalam keadaan aman dan sehat.
(d) Kepada rakyat dianjurkan untuk tetap tenang dan waspada.
(2) Menjelang sore hari pada tanggal 2 Oktober 1965 pukul 06.10 operasi yang dilakukan oleh RPKAD yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhi Wibowo dan Batalyon 328 Para Kujang. Operasi ini berhasil menguasai beberapa tempat penting dapat mengambil alih beberapa daerah termasuk daerah sekitar bandar udara Halim Perdanakusumah yang menjadi pusat kegiatan Gerakan 30 September.
(3) Dalam operasi pembersihan di kampung Lubang Buaya pada tanggal 3 Oktober 1965, atas petunjuk seorang anggota polisi, Ajun Brigadir Polisi Sukitman diketemukan sebuah sumur tua tempat jenazah para perwira Angkatan Darat dikuburkan. Mereka yang menjadi korban kebiadaban PKI tersebut mendapat penghargaan sebagai pahlawan revolusi.

Ketika gerakan 30 September ini menyadari tidak adanya dukungan dari masyarakat maupun anggota angkatan bersenjata lainnya, para pemimpin dan tokoh pendukung Gerakan 30 September termasuk pemimpin PKI D.N. Aidit segera melarikan diri. Dengan demikian masyarakat semakin mengetahui bahwa Gerakan 30 September yang sebenarnya melakukan pengkhianatan terhadap negara ini.

Selasa, 04 Februari 2014

Hidup tanpa batas..


Nick vujicic
nickTerlahir sebagai seorang cacat dengan banyak kekurangan…ternyata tidak menghalangi seorang Nick Vujicic untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi sekitarnya. Sempat depresi dan ingin bunuh diri diusia 8 tahun….namun kemudian dia sadar bahwa hidup ini harus dia syukuri…apapun keadaannya. Akhirnya perlahan namun pasti…dia menjadi seorang motivator hebat yang mendunia…dan berhasil memotivasi jutaan orang di seluruh dunia untuk terus meraih mimpi.
Nicholas James Vujicic (lahir 4 Desember 1982) adalah anak pertamalahir dari sebuah keluarga Serbia. Nick Vujicic lahir di Brisbane, Australia dengan gangguan Tetra-amelia langka: tanpa kaki, tanpa kedua lengan  dan dengan dua kaki kecil, salah satu yang memiliki dua jari kaki.
Pada masa kecilnya sering diintimidasi teman-teman sekolah.  Pada usia delapan tahun, ia mulai memikirkan  bunuh diri dan bahkan pada usia sepuluh tahun dia mencoba untuk menenggelamkan dirinya di bak mandi. Karena cintanya kepada orang tuanyalah  yang membatalkan niat bunuh dirinya. Ia menyatakan dalam video musiknya “Something More” bahwaTuhan memiliki rencana untuk hidupnya dan ia tidak bisa memaksa dirinya untuk tenggelam karena ini.
Nick berdoa sangat keras bahwa Allah akan memberinya tangan dan kaki, dan pada awalnya dia mengatakan kepada Allah bahwa, jika doanya tetap belum terjawab, Nick tidak akan memuji Dia tanpa batas waktu. Namun, titik balik penting dalam imannya datang ketika ibunya menunjukkan kepadanya sebuah artikel surat kabar tentang seorang pria berhubungan dengan cacat berat. Dia menyadari bahwa ia bukan satu-satunya orang yang memperjuangkan dirinya.
Nick akhirnya mulai menyadari bahwa prestasi adalah inspirasi bagi banyak orang, dan mulai bersyukur kepada Tuhankarena hidupnya.
Nick secara bertahap menemukan cara hidup tanpa anggota badan.  Dia menulis dengan dua jari pada kaki kirinya dan pegangan khusus yang meluncur ke ibu jari kakinya. Dia tahu bagaimana menggunakan komputer dan dapat mengetik hingga 45 kata per menit dengan menggunakan “tumit dan kaki”. Dia juga belajar untuk melemparkan bola tenis, bermain pedal drum, mendapatkan segelas air, sisir rambutnya, sikat gigi, menjawab telepon dan bercukur, selain berpartisipasi dalam golf, berenang, dan bahkan langit-diving.
Selama sekolah menengah, ia terpilih menjadi kapten MacGregor Negara di Queensland dan bekerjasama  dengan dewan mahasiswa untuk  menggalang dana bagi orang cacat. Ketika ia berusia tujuh belas, ia mulai memberikan ceramah di kelompok doa nya,  dan kemudian mendirikan organisasi non-profit nya, “Life Without Limbs.”
Nick lulus dari universitas pada usia 21 dengan dua jurusan yaitu Akuntansi dan Keuangan Perencanaan. Ia memulai perjalanannya sebagai seorang pembicara motivasi . Ia secara rutin melakukan perjalanan internasional untuk berbicara dengan jemaat-jemaat Kristen, sekolah, dan rapat perusahaan. Dia telah berbicara kepada lebih dari tiga juta orang sejauh ini, di lebih dari 24 negara di lima benua (Afrika, Asia, Australia, Amerika Selatan, dan Amerika Utara).
Dia mempromosikan karyanya melalui acara televisi dan melalui tulisannya. Buku pertamanya, “Life Without Limbs: Inspiration for a Ridiculously Good Life” (Random House, 2010) diterbitkan pada tahun 2010.
Dia memasarkan DVD motivasi yang berjudul ”  Life’s Greater Purpose” , sebuah film dokumenter pendek difilmkan pada tahun 2005 menyoroti kehidupan rumah tangganya dan kegiatan rutin.
Bagian kedua dari DVD difilmkan di gereja setempat di Brisbane – salah satu dari pidato pertama profesional motivasi . Dia memasarkan DVD untuk kaum muda berjudul: MP Arms, No Legs, No Worries.
Nick  menulis bahwa ia menyimpan sepasang sepatu di lemari karena keyakinannya pada keajaiban.
Pada tahun 2005 Nick  dinominasikan untuk Penghargaan Anak Muda di Australia Nick
Dia membintangi film pendek yang berjudul  ”The Circus Butterfly”, yang memenangkan hadiah utama Film  Doorpost Film Project‘s pada  tahun 2009 dan penghargaan Film Pendek Terbaik di Festival Film Metode Fest, di mana Vujicic juga dianugerahi Aktor Terbaik dalam film pendek tersebut.
The Butterfly Circus juga memenangkan penghargaan film pendek terbaik di Festival Film “The Feel Good Film Festival di Hollywood pada tahun 2010.
Saat ini Nick tinggal di Los Angeles, California, Amerika Serikat dan  pada tanggal 12 Februari 2012, ia menikah dengan tunangannya, Kanae Miyahara, dan pada tanggal 13 Februari 2013, anak mereka Kiyoshi James Vujicic lahir dengan berat 8 £ 10 ons.
Menurut Vujicic, seandainya dia dilahirkan di sebuah negara dunia ketiga, kondisinya akan dianggap sebagai kutukan atau memalukan orang tuanya dan ia akan dibunuh pada saat kelahirannya


Senin, 03 Februari 2014

Cerita Rakyat Gunung Kelud (Sumur Lembu Sura

 

Di bawah ini adalah sebuah cerita rakyat mengenai Gunung Kelud (Lembu Sura). Selamat membaca.

Raja Brawijaya penguasa kerajaan Majapahit, mempunyai seorang putri yang cantik yaitu Dyah Ayu Pusparani. Putri ini memang benar-benar ayu sesuai dengan namanya. Banyak raja dan pangeran yang melamar untuk dijadikan permaisuri. Prabu Brawijaya bingung memilih calon menantu. Lalu raja mengadakan sayembara siapa yang bisa merentang busur sakti Kyai Garodayaksa dan sanggup mengangkat gong Kyai Sekardelima, dialah yang berhak menikah dengan Putri Pusparani.

Para pelamar menguji kemampuannya namun ternyata tak satu pun yang sanggup merentang busur apalagi mengangkat gong yang sangat besar itu.

Menjelang akhir sayembara itu datang seorang pemuda berkepala lembu yaitu Raden Lembu Sura atau Raden Wimba. Dia mengikuti sayembara itu dan berhasil merentang busur serta mengangkat gong Kyai Sekardelima. Dengan demikian berarti Raden Lembu Sura yang berhak menikah dengan Dewi Pusparani.

Melihat kemenangan Lembu Sura, Putri Pusparani langsung meninggalkan Sitihinggil. Ia sangat sedih karena harus menikah dengan pemuda yang bekepala lembu.

Putri itu lari kepada embannya. Dia tidak mau menikah dengan manusia berkepala binatang, betapapun saktinya. Emban yang setia itu mencari akal bagaimana agar putri itu batal menikah dengan Raden Lembu Sura. Dia akhirnya menemukan jalan keluar.

Putri Pusparani disarankan mengajukan syarat kepada Lembu Sura. Syaratnya, Raden Lembu Sura harus bisa membuat sumur di puncak gunung Kelud. Mendengar saran embannya, Dyah Pusparani sangat gembira. Dia segera menyertai ayahnya untuk menemui Lembu Sura. "Selamat Raden Wimba. Engkau telah memenangkan sayembara dengan gemilang."

"Terima kasih putri dan kau akan menjadi istriku."

"Saya tahu itu, namun saya masih mengajukan syarat lagi."

"Katakanlah Putri, apa syaratmu itu?"

"Buatkan aku sumur di puncak gunung Kelud. Air sumur itu akan kita pakai mandi berdua setelah selesai upacara perkawinan."

"Baiklah Putri. Demi cintaku padamu, akan kupenuhi permintaanmu itu."

Raden Wimba putra adipati Blambangan itu segera meninggalkan keraton Majapahit menuju puncak Gunung Kelud. Dengan kesaktiannya, konon dia mampu mengerahkan makhluk halus untuk membantunya menggali sumur di puncak Gunung Kelud.

Ternyata benar, tak lama kemudian Lembu Sura telah menggali cukup dalam. Melihat hal itu, Pusparani ketakutan, bagaimana pun kalau Lembu Sura berhasil menemukan air di sumur itu dia harus menjadi istri Lembu Sura.

Pabu Brawijaya juga kebingungan. Dia bisa memahami perasaan putrinya. Dewi Pusparani menangis di hadapan ayahnya. Dia memohon ayahandanya bisa menolongnya.

Akhirnya Prabu Brawijaya menemukan cara. Lembu Sura harus ditimbun hidup-hidup di dalam sumur itu. Kemudian Prabu Brawijaya menitahkan seluruh prajurit yang menyertainya untuk menimbun sumur itu dengan batu-batuan besar. Juga gundukan tanah yang ada di sekitar itu. Sebentar saja sumur tadi telah rata seperti semula. Lembu Sura tertimbun di dasarnya.



Cerita Rakyat Gunung Kelud (Sumur Lembu Sura)
Cerita Rakyat Gunung Kelud (Sumur Lembu Sura)


Meskipun begitu karena dia sakti, dia masih sempat mengancam kepada Prabu Brawijaya.

"Prabu Brawijaya, engkau raja yang licik, culas. Meskipun aku telah terpendam di sumur ini, aku masih bisa membalasmu. Yang terpendam ini ragaku bukan nyawaku. Ingat-ingatlah, setiap dua windu sekali aku akan merusak tanahmu dan seluruh yang hidup di kerajaanmu."

Setelah suara itu hilang. Seluruh prajurit yang melihat kejadian itu ketakutan. Begitu pula Prabu Brawijaya dan putrinya. Kemudian Prabu Brawijaya memerintahkan untuk membuat tanggul pengaman. Tanggul itu sekarang disebut Gunung Pegat.

Hingga sekarang ini jika Gunung Kelud meletus dianggap sebagai amukan Lembu Sura untuk membalas dendam atas kelicikan Prabu Brawijaya.

Cerita rakyat atau legenda ini mirip dengan legenda asal mula Reog Ponorogo. Lembu Sura yang asalnya seorang putra bangsawan itu memang seorang pemuda sakti, namun sifatnya berandalan maka ayahnya menyabda hingga ia dianggap pemuda bodoh seperti kerbau.

Demikanlah cerita rakyat ataupun legenda mengenai Gunung Kelud (Lembu Sura).

Ini kisah ku di SMP..



          Hari pertama saat aku masuk SMP,diadakan MOS(Masa Orientasi Siswa) selama 3 hari,hari” itu sangat seru dan mengesankan bagi ku.Pada saat hari terakhir aku MOS,pembagian kelas pun dilakukan menjadi 2 kelas (A dan B) pada saat itu aku berada d kelas A bersama teman baru dan ada juga temanku yang sejak SD,aku pun gembira,aku dapat mengenal teman” baru.Pada saat masuk sekolah pertama pada saat SMP.Aku sebangku dengan emily gwen atau yang biasa dipanggil “gwen”.Feri adalah salah satu nama teman ku yang paling lucu dan suka bercanda,dia sering membuat seisi kelas gaduh.Pada saat aku pelajaran IPS sering jam kosong di kelas ku aku bersama temanku bercanda bersama.Pada saat ulangan  harian yang pertama aku pernah mendapat kan nilai 48 pada pelajaran Fisika.beberapa kali aku sering remidi pada mata pelajaran tersebut,tapi seiring berjalan nya waktu nilaku menjadi lebih baik dan lebih baik lagi,dan sudah tidak pernah remidi lagi..

         Pada saat tahun 2011 pada bulan Juni-Juli aku menerima hasil rapot dan aku naik ke kelas 8,pada saat itu waktu aku kelas 8 guru bahasa inggris ku bernama pak hari orang nya aneh sih..aku sering tidak mengerti apa yang dia ucapkan..hehe,tapi kasian sih pak hari sering tidak di perhatikan oleh murid” nya termasuk sayaa..hahaha..tapi masa” itu adalah masa” yang akan selau aku ingat bersama teman” ku.Tidak terasa hari” itu berjalan begitu cepat.beberapa bulan aku aku berada di kelas 3 SMP.

       Aku menjalani hari pertama ku berada di kelas 3 SMP,dan mulai banyak pelajaran dan sedikit jam kosong,aku sering remidi di mata pelajaran bahasa inggris,dan untung nya guru nya tidak pak hari lagi tetapi sekarang perempuan dan bernama ibu dwi dan aku sering memanggil nya (miss dwi),bahasa inggris kadang menyenangkan dan kadang membosankan,hari” itu semua ku lewati bersama teman” ku dan beberapa bulan lagi aku berada di SMA,dan aku akan berpisah dengan teman” ku..tapi waktu terus berjalan dan aku harus siap dengan itu J



Sejarah Taman Kilisuci

Wisata Taman Kilisuci Pare


Taman Kilisuci Pare yang terletak di samping barat Masjid An Nur Pare. Adalah sebagai upaya Pemerintah Kabupaten Kediri dalam menyediakan ruang publik.Taman ini tentunya semakin menambah positif image Pare sebagai peraih Adipura tahun 2013 untuk kategori Kota Kecil.

Di samping tujuan di atas, taman ini juga menjadi wujud sinergitas antara pemenuhan ruang publik dan pengembangan atau pemasaran UMKM yang terus digalakkan oleh Pemerintah Kabupaten Kediri. Sehingga di dalam Taman Kilisuci juga dibangun kios-kios yang nantinya diisi oleh UMKM Kabupaten Kediri.

Kalau dilihat dari pengambilan sebuah nama taman, baiknya warga pare menengetahui siapa itu Kilisuci yang melatar belakangi penamaan disalah satu taman kota Pare ini ,dan " Kenapa Harus KILI SUCI "...

Kili Suci adalah nama gelar pertapa dari seorang putri raja Airlangga dan juga pewaris tahta kerajaan kahuripan ( atau daerah Sidoarjo sekarang ) yang bernama Sanggramawijaya Tunggadewi yang ditetapkan sebagai mahamantri i hino (ialah berkedudukan tertinggi setelah raja).

Setelah tiba masanya menggantikan Airlangga, ia menolak dan memilih sebagai pertapa.Rupanya Kesunyian Gua Selomangleng (Kediri) dan Pucangan (gunung Penanggungan), ternyata lebih menarik perhatian sang Putri dari pada Hedonistik Istana. Dia memutuskan untuk menarik diri dari hiruk pikuk keduniawian, Sehingga ia menolak ketika harus menggantikan Airlangga menjadi ratu di Kahuripan.

Dewi Kili Suci juga terdapat dalam Babad Tanah Jawi sebagai putri sulung Resi Gentayu raja Kahuripan. Kerajaan Kahuripan kemudian dibelah dua, menjadi Janggala dan Kadiri/Kediri, yang masing-masing dipimpin oleh adik Kili Suci, yaitu Lembu Amiluhur dan Lembu Amisena/Peteng.

Dewi Kili Suci juga dihubungkan dengan DONGENG terciptanya Gunung Kelud. Dikisahkan semasa muda ia dilamar oleh dua raja sakti Mahesa Suro dan Lembu Suro. Namun yang melamar bukan dari bangsa manusia, karena yang satu berkepala lembu bernama Raja Lembu Suro dan satunya lagu berkepala kerbau bernama Mahesa Suro

Untuk menolak lamaran tersebut,Dewi Kilisuci sengaja membuat sayembara yang tidak mungkin dikerjakan, yaitu membuat dua sumur raksasa, yang satu harus berbau amis dan yang satunya harus berbau wangi dan harus selesai dalam satu malam atau sampai ayam berkokok.

Akhirnya dengan kesaktian Mahesa Suro dan Lembu Suro,kedua-duanya menang dalam sayembara. Tetapi Dewi Kilisuci masih belum mau diperistri,kemudian Dewi Kilisuci mengajukan satu permintaan lagi yakni kedua raja tersebut harus membuktikan dahulu bahwa kedua sumur tersebut benar benar berbau wangi dan amis dengan cara mereka berdua harus masuk kedalam sumur. 

Terpedaya oleh rayuan tersebut, keduanya pun masuk ke dalam sumur yang sangat dalam tersebut,lalu Dewi Kilisuci memerintahkan prajurit untuk menimbun keduanya dengan batu.

Maka matilah Mahesa Suro dan Lembu Suro, Tetapi sebelum mati Lembu Suro sempat bersumpah dengan mengatakan.

"OYoh, wong Kediri mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping kaping yoiku. Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung bakal dadi Kedung".
(Ya, orang Kediri besok akan mendapatkan balasanku yang sangat besar. Kediri bakal jadi sungai, Blitar
akan jadi daratan dan Tulungagung menjadi danau).

Dari legenda ini akhirnya masyarakat lereng Gunung kelud melakukan sesaji sebagai tolak balak sumpah itu yang disebut Larung Sesaji.Acara ini digelar setahun sekali pada tanggal 23 bulan surau oleh masyakat Sugih Waras.

Dan pada tahun 2006 sengaja digebyarkan oleh Bupati Kediri untuk meningkatkan pamor wisata daerahnya. Pelaksanaan acara ritual ini juga menjadi wahana promosi untuk meningkatkan kunjungan wisatawan untuk datang ke Kediri.

Latarbelakang cerita inilah yang mungkin saja pihak Pemkab. Kediri sengaja menghubungkan pendekatan cerita atau dongeng gunung kelud yang memang sudah menjadi salah satu icon wisata kab.Kediri dengan menamakan salah satu taman di kota Pare dengan nama Kilisuci.